Pendidikan
Wakasek Aniaya Siswanya Hingga Kepala Bocor
LOMBOK TENGAH, sasambonews.com. Wakil Kepala Sekolah (Wakasek) SMP Negeri 4 Praya Tengah Haerudin memukul 13 siswa Kelas VIII.a SMP Negeri 4 Praya Tengah.
Akibatnya, 4 dari 13 siswa yang dipukul itu terpaksa harus dilarikan ke Puskesmas Batunyala Kecamatan Praya Tengah karena mengalami luka – luka dibagian kepala. Sedangkan siswa lainnya mengalami luka memar di bagian kepala.
Peristiwa pemukulan terhadap 13 siswa VIII.a itu terjadi pada hari Kamis, 8 Oktober 2015 lalu sekitar Pukul 12. 15 Wita.” Perbuatan Wakasek itu tidak bisa saya maafkan, dan persoalan ini akan kami laporkan kepihak berwajib,” tutur salah seorang keluarga korban penganiyayaan H. Nursim warga Dusun Selebung Lajut Desa Lanjut Kecamatan Praya Tengah, Selasa kemarin.
Saat ini kata, H. Nursim, dirinya bersama sejumlah orang tua wali murid yang anaknya menjadi korban keberingasan sang Waksak itu tengah menunggu hasil visum Puskesmas Batunyala, dan setelah hasil visum itu keluar dirinya akan melaporkan perbuatan Wakasek SMP Negeri 4 Praya Tengah tersebut ke Polres Lombok Tengah (Loteng).”Saya masih menunggu hasil visum,kalau sudah ada hasilnya saya akan langsung melaporkannya ke Polisi,” ancamnya.
Akibat peristiwa itu ungkap H. Nursim, 4 dari 13 Siswa yang dianiyaya mengalami luka – luka.
Tidak itu saja, selain menganiyaya siswanya, salah seorang oknum Guru Agama SMP Negeri Praya Tengah juga sempat melontarkan kalimat ancaman kepada peserta didiknya, dan mengancam bila persoalan itu dilaporkan kepihak berwajib, 13 siswa kelas VIII.a itu akan di keluarkan dari SMP Negeri 4 Praya Tengah.”4 orang siswa mengalami luka bocor dikepala, bahkan salah seorang teman anak misan saya juga menjadi korban penganiyayaan, pulang dengan seragam sekolah yang berlumuran darah. Setelah peristiwa itu, salah seorang oknum Guru Agama juga mengancam akan mengeluarkan siswa jika melaporkan persoalan itu ke Polisi,” beber H. Nursim.
Sementara, Wakasek SMP Negeri 4 Praya Tengah Haerudin mengakui seluruh perbuatannya tersebut.” Kejadiannya sekitar Jam 12 siang, hari Kamis Tanggal 8 Oktober. Saya tidak sengaja dan saya tidak tahu di ujung Jangka yang saya pakai untuk menyentuh kepala siswa kelas VIII.a itu ada Paku,”tutur Haerudin sembari mencontohkan cara menyentuh/memukul kepala 13 orang siswa VIII.a tersebut.
Haerudin menceritakan, peristiwa itu berawal dari sikap siswa Kelas VIII.a yang meminta untuk segera dipulangkan karena tidak adanya proses belajar mengajar pada Jam terakhir.
Mendengar dan melihat suara gaduh di Kelas VIII.a, dirinya pun langsung menghampiri siswa/siswi Kelas VIII.a tersebut dan meminta kepada seluruh siswa untuk masuk kedalam ruang kelas, dan melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar seperti biasa.”Waktu itu ada jam pelajar yang kosong, karena guru yang mengisi jam pelajaran terakhir itu pergi ke Dikpora untuk mengecek pendaftaran UKG. Karena jam pelajaran kosong anak – anak ribut minta pulang. Lalu saya dekati dan menyuruhnya masuk ke dalam kelas dan meminta melanjutkan pelajaran seperti biasa. Dan kebetulan waktu itu saya bawa Jangka kayu, saya suruh anak – anak untuk duduk dibangku masing – masing sambil saya kasih tau jangan ribut dan menyentuh seluruh anak laki – laki dengan Jangka, tetapi saya tidak tahu Jangka Kayu yang saya bawa itu diujungnya ada besi,” ungkap Haerudin.
Diakui Haerudin, Pasca peristiwa itu, dirinya tidak berani menginjakkan kaki ditempatnya bertugas sebagai Tenaga Pendidik, bahkan sampai dengan saat ini dirinya masih dihantui ketakutan dan merasa was – was.”Memang saya sempat tidak berani masuk, karena informasinya warga akan datang membalas. Saya tidak menyangka dan tidak menyadari kejadiannya akan seperti itu, entah kenapa benda itu mengenai siswa itulah keihlapaan saya. Dan setelah kejadian itu, saya langsung menghadap Pak Kades dan sudah berkomunikasi dengan Pak Babinkamtibmas,” ujarnya.
Terpisah, Kepala SMP Negeri 4 Praya Tengah Agus Sunjaya, S.Pd, M.Pd kepada Media Pembaruan membenarkan peristiwa penganiayaan 13 orang siswa kelas VIII.a oleh Wakaseknya tersebut.”Masalah itu hannya kecelakaan biasa karena situasi dan kondisi sekolah saat itu,” ucapnya.
Saat peristiwa itu berlangsung kata Agus, dirinya tengah berada di wilayah Kecamatan Praya Timur dalam rangka mengikuti kegiatan MKKS.
Mengetahui peristiwa itu, dirinya langsung bergegas menuju ke sekolah yang dipimpinnya tersebut.”Saat itu saya sedang mengikuti kegiatan MKKS di Kecamatan Praya Timur, lalu saya mendapat telpon dari Pak Haerudin sendiri, dan saya langsung balik ke sekolah,” katanya.
Tidak ingin persoalan itu berlarut – larut dan menunjukkan sikap tangungjawab, dirinya selaku Kepala SMP Negeri 4 Praya Tengah pun langsung berkoordinasi dengan Dikpora Loteng dan langsung mendatangi seluruh orang tua siswa yang menjadi korban pemukulan tersebut.”Saya langsung berkoordinasi ke Dinas, dan sebagai bentuk tanggungjawab saya selaku Kepsek, saya langsung mendatangi orang tua siswa dan sudah kita berikan santunan untuk biaya berobat, dan orang tua siswa sudah memaafkan keihlafan pak Wakasek,” tutur Agus.
Agus membantah keras terkait dengan gugaan pengancaman kepada siswa yang menjadi korban penganiyayaan tersebut.
Menurutnya, ucapan yang dilontarkan salah seorang guru agama itu hannya salah paham dan hannya terjadi mis komunikasi saja.”Itu tidak benar dan hannya mis komunikasi saja,” tegas Agus
Sementara itu, terkait dengan langkah hukum yang akan ditempuh oleh keluarga siswa korban penganiayaan, dirinya mempersilakan keluarga siswa korban penganiyaan untuk menempuh jalur hukum. Dengan catatan keluarga siswa korban penganiyaan bisa membedakan mana urusan sekolah dan mana urusan yang menyakut ke pribadi.” Masalah mau melapor atau tidak itu haknya H. Nursim. Yang jelas kewajiban sekolah sudah dilaksanakan, dan saya meminta peristiwa ini tidak berimbas ke sekolah, dan pasca kejadian itu semua siswa masuk sekolah. Jangan sampai persoalan ini semua siswa terkena getahnya jangan sampai itu terjadi,” ujar Agus. |rul.
Via
Pendidikan
Posting Komentar