Harmoni Gender di Pariwisata, Poltekpar Lombok Buka Wawasan Baru bagi Pelaku Wisata”
Lombok Tengah, SN — Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Lombok menyelenggarakan Seminar Nasional bertajuk “Mewujudkan Sinergi dan Harmoni Gender dalam Pariwisata: Strategi dan Implementasi Pengarusutamaan Gender Menuju Industri Pariwisata yang Inklusif dan Berkeadilan” pada Senin (17/11/2025) di De Balen Soultan Hotel, Kampus Poltekpar Lombok.
Kegiatan ini menjadi wadah strategis bagi akademisi, praktisi, mahasiswa, serta pelaku pariwisata untuk memperkuat pemahaman dan penerapan Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam industri pariwisata nasional. Seminar ini diharapkan menjadi momentum penting untuk mendorong terciptanya sektor pariwisata yang lebih ramah, aman, dan setara bagi seluruh masyarakat.
Dalam sambutannya, Direktur Poltekpar Lombok, Dr Ali Muhtasom, menekankan bahwa pengarusutamaan gender bukan sekadar kewajiban administratif, melainkan juga komitmen moral. Ia menegaskan bahwa dunia pariwisata tidak hanya membutuhkan inovasi dan keterampilan teknis, tetapi juga kepekaan sosial serta keberpihakan pada nilai-nilai inklusif.
“Pariwisata harus menjadi ruang yang aman dan nyaman bagi semua, tanpa memandang gender. Pengarusutamaan gender adalah bentuk komitmen untuk menciptakan lingkungan kerja yang adil, kesempatan yang setara, serta pelayanan yang lebih berkualitas,” ujarnya.
Dr Ali juga menyampaikan apresiasi terhadap kehadiran narasumber dan peserta dari berbagai latar belakang yang diyakini dapat memperkaya diskusi. Ia menekankan bahwa Poltekpar Lombok akan terus mendorong kegiatan yang memberikan wawasan kritis kepada mahasiswa dan insan pariwisata, sehingga sumber daya manusia yang dihasilkan tidak hanya unggul secara teknis, tetapi juga memiliki perspektif inklusif dan berkelanjutan
Sementara itu, Ketua Dekranasda NTB, Sinta Agathia Iqbal, memaparkan bahwa hampir separuh pelaku ekonomi kreatif di NTB adalah perempuan, dan menariknya sekitar setengah dari mereka merupakan kepala rumah tangga. Kondisi ini menjadi alasan pemerintah daerah untuk memberikan perhatian lebih melalui fasilitasi, pemberdayaan, legalitas usaha, serta penguatan kapasita
“Mereka adalah kelompok yang perlu kita bantu dan dukung. Semangat mereka untuk langsung turun membangun pariwisata NTB sangat patut diapresiasi,” ujar Sinta
Ia menekankan bahwa isu kesetaraan gender di NTB terus mengalami perkembangan positif, namun masih banyak aspek pembangunan yang perlu diperkuat agar perempuan bisa memperoleh kesempatan yang sama, baik di sektor formal maupun ekonomi kreatif
Sinta juga menegaskan bahwa kesetaraan gender bukan berarti menghapus perbedaan kodrati antara laki-laki dan perempuan. Justru, perbedaan karakter inilah yang kerap menjadi keunggulan dalam dunia pariwisata, terutama di sektor-sektor yang membutuhkan ketelitian, kreativitas, empati, dan kepekaan.
“Banyak pekerjaan pariwisata yang memang membutuhkan sentuhan perempuan, tapi bukan berarti laki-laki tidak bisa. Kesempatan itu sama, yang membedakan hanya kemauan,” tambahnya
Selain itu, Ketua Dekranasda NTB juga menyoroti fasilitas pariwisata yang belum sepenuhnya ramah perempuan. Masalah pencahayaan lokasi wisata, akses jalan, keamanan, hingga fasilitas sanitasi masih sering terabaikan. Ia menekankan bahwa hal ini bukan sekadar teori, melainkan pengalaman nyata wisatawan perempuan yang perlu menjadi perhatian serius agar destinasi wisata di NTB semakin maju
Seminar nasional ini menghadirkan empat tokoh perempuan berpengaruh sebagai narasumber utama, yakni:
Sinta Agathia M. Iqbal – Ketua Dekranasda Provinsi NTB
Amirosa – Dosen di bidang Pariwisata dan Hospitaliti
Erna Nuryanti – Praktisi kuliner dan pemberdayaan UMKM
Giri Adnyani – Pejabat senior di sektor kepariwisataan
Keempat narasumber membahas berbagai perspektif strategis terkait peran perempuan, tantangan bias gender, hingga implementasi PUG dalam manajemen destinasi, UMKM, layanan wisata, dan tata kelola organisasi.
Dalam pemaparan materi:
Sinta Agathia menekankan penguatan peran perempuan dalam industri kreatif dan kerajinan sebagai kunci keberlanjutan ekonomi daerah.
Amirosa mengulas peran produktif, reproduktif, dan sosial kemasyarakatan yang menuntut perempuan terlibat dalam pengembangan kepariwisataan dan dampak ekonomi sosial dan lingkungan yang mensejahterakan bagi keberlanjutan pariwisata.
Erna Nuryanti memaparkan peran UMKM perempuan dalam meningkatkan daya saing ekonomi lokal sekaligus memastikan keberlanjutan sektor kuliner dan kreatif.
Giri Adnyani menegaskan pentingnya integrasi PUG dalam perencanaan jangka panjang lembaga pariwisata, agar prinsip inklusif dan keadilan gender menjadi bagian dari budaya kerja.
Acara semakin interaktif saat sesi tanya jawab dibuka. Para peserta, mulai dari mahasiswa, dosen, hingga pelaku industri wisata, mengajukan pertanyaan seputar:
Pengalaman menghadapi bias gender di lapangan
Cara meningkatkan perlindungan bagi pekerja perempuan
Strategi UMKM perempuan agar berdaya saing lebih tinggi
Penerapan etika komunikasi bagi frontliner pariwisata
Tantangan penerapan PUG di desa wisata
Para narasumber menjawab pertanyaan dengan lugas, memberikan studi kasus nyata, serta menawarkan solusi implementatif yang dapat diterapkan di lingkungan kerja maupun pembelajaran.
Melalui penyelenggaraan seminar ini, Poltekpar Lombok menegaskan komitmennya untuk membangun sumber daya manusia pariwisata yang tidak hanya unggul secara kompetensi, tetapi juga memiliki perspektif keberlanjutan, etika, dan kesetaraan gender.
Seminar nasional ini diharapkan mampu memperkuat pemahaman seluruh peserta mengenai pentingnya harmoni gender dalam dunia pariwisata, sekaligus mendorong terciptanya ekosistem wisata yang inklusif dan berkeadilan bagi semua pihak.

Posting Komentar