Berita NTB
"Kami juga berharap peran sektor terkait untuk bersama-sama bekerja keras menekan angka kematian ibu dan anak melalui memberikan pendidikaan. Sehingga ibu dan anak paham dengan pentingnya menjaga dan memeriksakan janinnya lebih awal," harapnya. |dadik
Angka Kematian Bayi dan Ibu Di Loteng Masih Tinggi
LOMBOK TENGAH, (24/4). Target Lombok Tengah untuk meraih Millennium Development
Goals (MDGs) pada tahun tampaknya masih dipertanyakan. Pasalnya, angka
kematian bayi masih tinggi terjadi. Dari data Dinas Kesehatan saja untuk
triwulan pertama tahun 2014 angka kematian bayi (AKB) sudah mencapai 20 kasus.
Sedangkan untuk tahun 2013 saja AKB mencapai 217 kasus.
"Memang kasus AKB masih cukup tinggi, tapi kalau dibandingkan dengan triwulan I tahun 2013 tercatat sebanyak 26 kasus, sedangkan di triwulan I tahun 2014 tercatat sebanyak 20 kasus. Jadi ada penurunan kasus, tapi tetap kasus AKB masih cukup tinggi," kata Kepala Bidang Kesehatan Keluarga H Abdul Mujib, SKM, MM kemarin di ruang kerjanya.
Menurutnya, masih tingginya AKB disebabkan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) pada bayi, kemudian karena kelainan pada pertumbuhan janin dan bayi, Aspiksia atau karena penyakit ISPA dan lainnya. Sehingga dengan beberapa faktor tersebut maka tiap bulan pasti ada saja kematian bayi. "Tapi sebagian besar kematian bayi disebabkan BBLR," terangnya.
Sedangkan angka kematian ibu (AKI) pada tahun 2013 tercatat sebanyak 20 kasus. Tapi untuk triwulan I tahun 2014 tercatat sebanyak 6 kasus. "Ini semua disebabkan karena kurang darah, kekurangan energi dan kalori," ungkapnya.
Sehingga dengan masih
cukup tingginya kasus tersebut H Abdul Mujid telah mempersiapkan sejumlah
program untuk mengurangi tingkat kematian ibu dan anak melalui peningkatan gizi
maupun menjalin kemitraan serta penambahan dan penguatan bidan desa."Memang kasus AKB masih cukup tinggi, tapi kalau dibandingkan dengan triwulan I tahun 2013 tercatat sebanyak 26 kasus, sedangkan di triwulan I tahun 2014 tercatat sebanyak 20 kasus. Jadi ada penurunan kasus, tapi tetap kasus AKB masih cukup tinggi," kata Kepala Bidang Kesehatan Keluarga H Abdul Mujib, SKM, MM kemarin di ruang kerjanya.
Menurutnya, masih tingginya AKB disebabkan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) pada bayi, kemudian karena kelainan pada pertumbuhan janin dan bayi, Aspiksia atau karena penyakit ISPA dan lainnya. Sehingga dengan beberapa faktor tersebut maka tiap bulan pasti ada saja kematian bayi. "Tapi sebagian besar kematian bayi disebabkan BBLR," terangnya.
Sedangkan angka kematian ibu (AKI) pada tahun 2013 tercatat sebanyak 20 kasus. Tapi untuk triwulan I tahun 2014 tercatat sebanyak 6 kasus. "Ini semua disebabkan karena kurang darah, kekurangan energi dan kalori," ungkapnya.
"Kami juga berharap peran sektor terkait untuk bersama-sama bekerja keras menekan angka kematian ibu dan anak melalui memberikan pendidikaan. Sehingga ibu dan anak paham dengan pentingnya menjaga dan memeriksakan janinnya lebih awal," harapnya. |dadik
Via
Berita NTB
Posting Komentar