Berita NTB
Menjadi Pegawai Rendahan Saja Sulit, Akses Informasi Tertutup
L.Amrillah
Kalau boleh kita balik ungkapan yang mengatakan “jauh di mata
dekat dihati” menjadi “dekat dimata jauh di hati” maka itulah Institut Pemerintahan Dalam
negeri (IPDN). Boleh saja IPDN kini berada di pelupuk mata masyarakat Lombok
Tengah namun terasa sangat jauh, kenapa ?, ya !, sejak ditempati beberapa bulan
yang lalu, kampus lembaga pendidikan formal yang sudah kerap berganti nama
mulai dari APDN, STPDN hingga IPDN sangat tertutup terutama dalam akses
informasi. Penjagaan menuju kampus para Praja itu berlapis lapis. Tidak
sembarangan orang bisa memasuki kampus tersebut tidak terkecuali kalangan pers.
Entah apa yang membuat kampus tersebut menutup rapat rapat akses informasi baik
kepada masyarakat maupun kalangan pers. Apakah ini bagian dari protap kampus
ataukah sekedar ingin menutupi “borok” manajemen di kampus tersebut, namun yang
pasti siapapun yang akan masuk ke dalam kampus itu harus menelan ludah dalam
dalam. Kalangan Pers saja yang sudah jelas jelas dilindungi oleh undang undang
pers dan undang undang keterbukaan publik saja tidak diperkenankan masuk
meskipun sudah mengeluarkan identitas kewartawanannnya. Hal itu pernah dialami
sejumlah wartawan yang akan meliput ke tempat itu. “Kartu pers seakan tidak ada
gunanya dimata IPDN, kami tidak diberikan masuk oleh security meskipun sudah
mengeluarkan identitas kewartawanan kami” kata Dedi Wartawan Lombok Post.
Tidak hanya Dedi, wartawan lainnya juga yang akan melakukan
konfirmasi ke tempat itu tidak diperkenankan masuk, hal itu mengundang
kekecewaan para insan pers di Lombok Tengah.
Sejauh ini aktivitas di dalam kampus sangat jauh dari radar
pena wartawan. Para pegawai di IPDN juga menutup rapar rapat informasi mengenai
aktivitas di kampus tersebut terlebih lagi belakangan disorot mengenai
perekrutan pekerja “kasar” di kampus tersebut yang diduga hanya formalitas saja
karena ada sejumlah nama yang lolos itu adalah pesanan karena diduga kerabat
pejabat lingkup IPDN maupun kerabat pejabat pemda Lombok Tengah seperti yang
dituduhkan warga lingkar IPDN beberapa waktu lalu dalam aksi demonya.
Sikap tidak “ramah lingkungan” yang ditunjukkan oleh pihak
IPDN kini mengundang antipati dari berbagai kalangan. Tidak hanya warga lingkar
bandara, wartawan, LSM, para keluarga pegawai di lingkup IPDN juga merasa gerah
dengan protectif para pembesar kampus IPDN tersebut.
Ketua DPC Serikat Pekerja Lombok Tengah Hamzan Halilintar
mensinyalir ada permainan terselubung yang dilakukan oleh pihak IPDN.
Ketertutupan informasi menyangkut soal tenaga kerja, upah, durasi bekerja,
aktivitas pekerja dan juga aktivitas para praja serta aktivitas manajemen
membuat kecurigaan dikalangan masyarakat. “kami sangat curigai aktivitas IPDN,
sangat tertutup, ada apa ini” katanya.
Lalu pertanyaanya, sampai kapan IPDN menutup
diri, apakah sampai nanti ditemukan adanya kekerasan di dalam kampus seperti
yang terjadi di tempat lain.xx
Via
Berita NTB
Posting Komentar