Berita NTB
Warga Histeris Saat Tembok Perumahan Dirobohkan
MATARAM, sasambonews.com.,- Sebanyak dua tembok keamanan warga setinggi 4 meter di perumahan Panorama Alam Sesela, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, dirusak puluhan massa yang diduga dibayar’ oleh karyawan pengembang perumahan, yakni Isa Anshori pada Senin (21/3) siang.
Tembok yang dibangun swadaya oleh warga tersebut dirusak paksa menggunakan sejumlah alat mulai linggis, pacul, sekop serta balok kayu pada sekitar pukul 11.30 Wita. Para warga yang umumnya adalah ibu-ibu dan melihat tindakan brutal tersebut sempat berteriak histeris. Bahkan, ada diantara mereka yang pingsan. Sebab, kejadian itu dilakukan di saat sang suami tidak berada dilokasi alias tengah bekerja.
Saksi mata, Khaeruman, warga perumahan Panorama Alam, mengaku, tidak bisa berbuat banyak mencegah aksi brutal tersebut. Pasalnya, puluhan massa itu selalu mengelukkan nama Kepala Desa Sesela, hingga Kepala Dusun yang menyuruh mereka melakukan tindakan anarkis tersebut.
“Selain menyebut Pak Anshori juga Ibu Yeni. Puluhan orang itu selalu menyebut nama Pak Kades juga Kadus. Kami hanya bisa terdiam, karena jumlah mereka jauh lebih banyak dari kami,” katanya.
Menurutnya, puluhan ibu-ibu serta anak-anak yang melihat aksi tersebut kini banyak yang shock. Bahkan, ada diantara mereka yang pingsan. “Beruntung, suami ibu yang pingsan itu langsung menghubungi. Dan para warga lainnya akhirnya, datang ke lokasi dari kantor mereka masing-masing,” ujar Khaeruman.
Salah seorang pengajar di IKIP Mataram itu menduga, langkah pengembang mengundang massa yang merupakan warga sekitar lantaran, kekompakan seluruh warga perumahan Panorama Alam yang tidak memberikan akses jalan mereka khususnya di jalan Panorama lima untuk membangun perumahan baru.
Mengingat, kata Ketua RT 007, Edi Gazlan, sudah enam tahun warga tinggal di komplek tersebut, justru sarana penunjang hingga fasilitas yang merupakan kewajiban devoleper mulai drainase, akses jalan lingkungan, tempat ibadah (musholla), hingga air PDAM sama sekali tidak dipenuhi pihak pengembang.
“Wajar dong, jika kita tuntut hak kami. Karena, kewajiban itu tertera di brosur saat seluruh warga mengambil rumah di Bank BTN. Aneh saja, kita tuntut hak malah kita dimusuhi oleh pihak pengembang,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Desa Sesela, Asmuni saat didatangi belasan warga perumahan Panorama Alam hingga Panorama Orange di kantornya, membantah jika telah menggerakkan ataupun menyuruh puluhan massa merusak tembok milik warga. “Demi Allah, saya tidak pernah sekalipun menginstruksikan apapun. Ini Pak Kadus hingga Babinsa ada sebagai saksinya,” kata dia berkilah.
Ia justru menyayangkan aksi brutal tersebut. “Kan bapak-bapak tahu, sejak awal posisi saya menjadi fasilitator untuk menyampaikan keluhan warga. Malah saya, dan keluarga dituding macam oleh pengembang dan sempat pula saya dilaporkan oleh pengembang gara-gara membela kepentingan warga Perumahan Panorama Alam,” ujar Asmuni.
Ia mendukung warga Perumahan Panorama Alam melaporkan peristiwa tersebut ke aparat kepolisian. “Karena nama saya juga dicatut dan bapak-bapak saksikan sendiri, saya sudah berulang kali telpon perwakilan pengembang si Anshori untuk hadir kemari menjelaskan alasannya merusak tembok, malah telpon saya tidak diangkat. Jadi, jangan salahkan juga jika saya pakai cara saya untuk menyelesaikan masalah ini,” tandas Asmuni.
Pantauan dilapangan jika tembok di jalan Panorama Alam lima rusak total sehingga keamanan warga bakal terancam, karena langsung tembus sawah dan sungai. Sedangkan, tembok di jalan Panorama empat rusak setengah, serta menganga.Ipr
Tembok yang dibangun swadaya oleh warga tersebut dirusak paksa menggunakan sejumlah alat mulai linggis, pacul, sekop serta balok kayu pada sekitar pukul 11.30 Wita. Para warga yang umumnya adalah ibu-ibu dan melihat tindakan brutal tersebut sempat berteriak histeris. Bahkan, ada diantara mereka yang pingsan. Sebab, kejadian itu dilakukan di saat sang suami tidak berada dilokasi alias tengah bekerja.
Saksi mata, Khaeruman, warga perumahan Panorama Alam, mengaku, tidak bisa berbuat banyak mencegah aksi brutal tersebut. Pasalnya, puluhan massa itu selalu mengelukkan nama Kepala Desa Sesela, hingga Kepala Dusun yang menyuruh mereka melakukan tindakan anarkis tersebut.
“Selain menyebut Pak Anshori juga Ibu Yeni. Puluhan orang itu selalu menyebut nama Pak Kades juga Kadus. Kami hanya bisa terdiam, karena jumlah mereka jauh lebih banyak dari kami,” katanya.
Menurutnya, puluhan ibu-ibu serta anak-anak yang melihat aksi tersebut kini banyak yang shock. Bahkan, ada diantara mereka yang pingsan. “Beruntung, suami ibu yang pingsan itu langsung menghubungi. Dan para warga lainnya akhirnya, datang ke lokasi dari kantor mereka masing-masing,” ujar Khaeruman.
Salah seorang pengajar di IKIP Mataram itu menduga, langkah pengembang mengundang massa yang merupakan warga sekitar lantaran, kekompakan seluruh warga perumahan Panorama Alam yang tidak memberikan akses jalan mereka khususnya di jalan Panorama lima untuk membangun perumahan baru.
Mengingat, kata Ketua RT 007, Edi Gazlan, sudah enam tahun warga tinggal di komplek tersebut, justru sarana penunjang hingga fasilitas yang merupakan kewajiban devoleper mulai drainase, akses jalan lingkungan, tempat ibadah (musholla), hingga air PDAM sama sekali tidak dipenuhi pihak pengembang.
“Wajar dong, jika kita tuntut hak kami. Karena, kewajiban itu tertera di brosur saat seluruh warga mengambil rumah di Bank BTN. Aneh saja, kita tuntut hak malah kita dimusuhi oleh pihak pengembang,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Desa Sesela, Asmuni saat didatangi belasan warga perumahan Panorama Alam hingga Panorama Orange di kantornya, membantah jika telah menggerakkan ataupun menyuruh puluhan massa merusak tembok milik warga. “Demi Allah, saya tidak pernah sekalipun menginstruksikan apapun. Ini Pak Kadus hingga Babinsa ada sebagai saksinya,” kata dia berkilah.
Ia justru menyayangkan aksi brutal tersebut. “Kan bapak-bapak tahu, sejak awal posisi saya menjadi fasilitator untuk menyampaikan keluhan warga. Malah saya, dan keluarga dituding macam oleh pengembang dan sempat pula saya dilaporkan oleh pengembang gara-gara membela kepentingan warga Perumahan Panorama Alam,” ujar Asmuni.
Ia mendukung warga Perumahan Panorama Alam melaporkan peristiwa tersebut ke aparat kepolisian. “Karena nama saya juga dicatut dan bapak-bapak saksikan sendiri, saya sudah berulang kali telpon perwakilan pengembang si Anshori untuk hadir kemari menjelaskan alasannya merusak tembok, malah telpon saya tidak diangkat. Jadi, jangan salahkan juga jika saya pakai cara saya untuk menyelesaikan masalah ini,” tandas Asmuni.
Pantauan dilapangan jika tembok di jalan Panorama Alam lima rusak total sehingga keamanan warga bakal terancam, karena langsung tembus sawah dan sungai. Sedangkan, tembok di jalan Panorama empat rusak setengah, serta menganga.Ipr
Via
Berita NTB
Posting Komentar