Berita NTB
Dan saat ini tradisi masyarakat bagian selatan Loteng yakni masyarakat di wilayah Kecamatan Praya Barat masih menggunakan Batu Api itu sebagai sumber energi untuk membuat api, seperti untuk membakar kayu bakar di dapur, dan untuk menyalakan Rokok.
H. Abdus Samad 75 Tahun warga Desa Mangkung Kecamatan Praya Loteng, sampai dengan saat ini masih mempertahankan tradisi yakni menggunakan Batu Api sebagai sumber energi untuk menyalakan Kayu Bakar, Lampu dinding, hingga untuk menyalakan Rokok.
Batu Api berukuran sebesar telur Burung Merpati miliknya itu tidak pernah lepas dari genggamannya.kemanapun dia (H. Abdus Samad) pergi selalu membawa Batu Api tersebut.”Batu ini saya dapatkan di Gunung Hutan Selong Belanak Tahun 1965. Dulu ukurannya tidak seperti ini, karena banyak yang minta, akhirnya saya memecahnya menjadi beberapa bagian dan dibagikan kepada keluarga dan tetangga yang membutuhkannya,” tutur H. Abdus Samad kepada Media Pembaruan, Rabu kemarin sembari menunjukkan bentuk dan cara penggunaan Batu Api tersebut.
H. Abdus Samad menceritakan, sekitar Tahun 1965 lalu, masyarakat yang ada di bagian selatan Loteng, kesulitan untuk mendapatkan sumber energi untuk menyalakan Api Lampu dinding, Obor, Tunggu Dapur dan untuk membuka lahan pertanian. Dan pada Tahun 1965 itu, dirinya bersama sejumlah masyarakat yang ada di Gunung Hutan Selong Belanak waktu itu, menemukan sebuah Batu yang bila di Gesekkan dengan Besi atau batu sejenisnya bisa menghasilkan percikan energi Api.” Dulu sebelum Batu Api ini ditemukan kami kesulitan untuk menyalakan Tunggu Dapur, dan setelah Batu Api ini ditemukan kami tidak kesulitan lagi untuk mendapatkan energi Api,” ceritanya.
H. Abdus Samad mengaku, dirinya degan Batu Api miliknya itu tidak bisa dipisahkan, kemanapun ia pergi selalu membawa Batu Api tersebut.
Tidak hannya Batu Api, ia juga membawa potongan besi berukuran 1 x 5 cm yang digunakan sebagai alat untuk memgosok batu api tersebut pada saat digunakan untuk menghasil energi Api.
Selain itu ia juga membawa serbuk dari Pohon Aren atau dalam bahasa Sasak Pohon Nao.” Rokok yang dibakar menggunakan Batu Api yang dicampur dengan Serebuk Pohon Nao, rasanya berbeda, lebih nikmat dan enak. Begitu juga bila digunakan untuk menyalakan tunggu dapur, rasa masakan lebih enak, guring dan baunya harum,” ujar H. Abdus Samad. |rul
Batu Api Kuno Yang Masih Digunakan
LOMBOK TENGAH, sasambonews.com.
Potensi sumber daya alam yang di miliki Bumi Tatas Tuhu Trasna (Tastura) selain memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi, seperti batu alam atau batu Akiq khas Pulau Lombok, juga memiliki sumber daya alam yang memiliki khasiat dan kegunaan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup masyarakat Lombok Tengah (Loteng), yakni Batu Api.
Potensi sumber daya alam yang di miliki Bumi Tatas Tuhu Trasna (Tastura) selain memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi, seperti batu alam atau batu Akiq khas Pulau Lombok, juga memiliki sumber daya alam yang memiliki khasiat dan kegunaan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup masyarakat Lombok Tengah (Loteng), yakni Batu Api.
Dan saat ini tradisi masyarakat bagian selatan Loteng yakni masyarakat di wilayah Kecamatan Praya Barat masih menggunakan Batu Api itu sebagai sumber energi untuk membuat api, seperti untuk membakar kayu bakar di dapur, dan untuk menyalakan Rokok.
H. Abdus Samad 75 Tahun warga Desa Mangkung Kecamatan Praya Loteng, sampai dengan saat ini masih mempertahankan tradisi yakni menggunakan Batu Api sebagai sumber energi untuk menyalakan Kayu Bakar, Lampu dinding, hingga untuk menyalakan Rokok.
Batu Api berukuran sebesar telur Burung Merpati miliknya itu tidak pernah lepas dari genggamannya.kemanapun dia (H. Abdus Samad) pergi selalu membawa Batu Api tersebut.”Batu ini saya dapatkan di Gunung Hutan Selong Belanak Tahun 1965. Dulu ukurannya tidak seperti ini, karena banyak yang minta, akhirnya saya memecahnya menjadi beberapa bagian dan dibagikan kepada keluarga dan tetangga yang membutuhkannya,” tutur H. Abdus Samad kepada Media Pembaruan, Rabu kemarin sembari menunjukkan bentuk dan cara penggunaan Batu Api tersebut.
H. Abdus Samad menceritakan, sekitar Tahun 1965 lalu, masyarakat yang ada di bagian selatan Loteng, kesulitan untuk mendapatkan sumber energi untuk menyalakan Api Lampu dinding, Obor, Tunggu Dapur dan untuk membuka lahan pertanian. Dan pada Tahun 1965 itu, dirinya bersama sejumlah masyarakat yang ada di Gunung Hutan Selong Belanak waktu itu, menemukan sebuah Batu yang bila di Gesekkan dengan Besi atau batu sejenisnya bisa menghasilkan percikan energi Api.” Dulu sebelum Batu Api ini ditemukan kami kesulitan untuk menyalakan Tunggu Dapur, dan setelah Batu Api ini ditemukan kami tidak kesulitan lagi untuk mendapatkan energi Api,” ceritanya.
H. Abdus Samad mengaku, dirinya degan Batu Api miliknya itu tidak bisa dipisahkan, kemanapun ia pergi selalu membawa Batu Api tersebut.
Tidak hannya Batu Api, ia juga membawa potongan besi berukuran 1 x 5 cm yang digunakan sebagai alat untuk memgosok batu api tersebut pada saat digunakan untuk menghasil energi Api.
Selain itu ia juga membawa serbuk dari Pohon Aren atau dalam bahasa Sasak Pohon Nao.” Rokok yang dibakar menggunakan Batu Api yang dicampur dengan Serebuk Pohon Nao, rasanya berbeda, lebih nikmat dan enak. Begitu juga bila digunakan untuk menyalakan tunggu dapur, rasa masakan lebih enak, guring dan baunya harum,” ujar H. Abdus Samad. |rul
Via
Berita NTB

Sasambo News
Sasambonews.com, Alamat Jurang Jaler Kecamatan Praya Tengah, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi NTB
Posting Komentar