Berita NTB
LOMBOK TENGAH, sasambonews.com. Sesuai dengan janjinya kepada Masyarakat Dusun Selebung Desa Lajut Kecamatan Praya Tengah Lombok Tengah (Loteng), Akhirnya Harianto (23) eks Anggota Gerakan Pajar Nusantara (Gapatar) warga Dusun Selebung Desa Lajut memenuhi tiga permintaan warga sebagai syarat dirinya (Harianto-red) diterima kembali ditengah – tengah masyarakat Dusun Selebung Desa Lajut.
Tiga tuntutan warga itu yakni Harianto bersedia meminta maaf, membaca dua kalimat sahadat dan dibaiad atau dibersihkan dari aliran atau ajaraGapatar oleh Pemuka Agama setempat.
Usai melaksanakan Ibadah Sholat Jum’at di Masjid Dusun Selebung Desa Lajut, Harianto, berjanji tidak akan lagi menyebut nama Gapatar, dan mengucapkan permintaan maafnya kepada seluruh Rakyat Indonesia, NTB, Loteng dan khususnya kepada Masyarakat Desa Lajut.
Permintaan Maaf, pembacaan dua kalimat sahadat dan pembersihan Harianto dari ajaran Gapatar itu disaksikan serta dihadiri oleh toga – toma setempat, diantaranya, Kades Lajut Fahrurozi, Penghulu KUA Praya Tengah Ustaz Zainuri, S.Ag, Tokoh Agama Desa Lajut Kiai H. Idham Halid, HL. Kenah, dan orang tua Harianto yakni Nuransi alias Amaq Man.
Dihadapan masyarakat, Harianto menceritakan latar belakang dirinya bergabung ke Gapatar.
Selesainya mengenyam pendidikan di salah satu SMK Pariwisata di Mataram, pada Tanggal 25 September 2012 lalu dirinya bergabung ke Gapatar. Namun karena waktu keberadaan Gapatar tidak diterima oleh masyarakat Kota Mataram NTB, dan pada Tahun 2014, dirinya keluar atau tidak lagi mengurus Organisasi Gapatar tersebut.” Tahun 2014 kami dikusir oleh masyarakat, karena masyarakat tidak menerima kehadiran Gapatar ini.
Dan pada Tahun 2015 Gapatar sudah tidak aktif lagi dan saya pulang ke Loteng. lalu saya meminta ijin orang tua untuk pergi ke Kalimantan bekerja di kebun. Setelah saya di Kalimanan baru ada kabar bahwa Gapar ini organisasi yang dilarang,” ceritanya.
Untuk itu dirinya meminta maaf yang sebesar – besarnya kepada seluruh lapisan masyarakat Loteng, dan dirinya menganggap Gapatar itu merupakan bagian dari masa lalunya yang kelam.” Masalah Gapatar adalah masa lalu saya. Untuk itu saya mintaa maaf yang sebesar – besar kepada Masyarakat, khususnya kepada orang tua saya, yang telah saya kecewakan dan belum bisa saya bahagiakan,” pinta Harianto.
Usai mengucapkan kata Maaf, membaca dua kalimat sahadat dan di bersihkan dari pengaruh ajaran Gapatar, selanjutnya harianto diberikan pemahaman tentang ajaran Agama Islam yang sebenarnya dan tengah hidup bermasayarakat, oleh Penghulu KUA Praya Tengah Ustaz Zainuri, S.Ag dan HL. Kenah. |rul.
Harianto Eks Gafatar Tobat
LOMBOK TENGAH, sasambonews.com. Sesuai dengan janjinya kepada Masyarakat Dusun Selebung Desa Lajut Kecamatan Praya Tengah Lombok Tengah (Loteng), Akhirnya Harianto (23) eks Anggota Gerakan Pajar Nusantara (Gapatar) warga Dusun Selebung Desa Lajut memenuhi tiga permintaan warga sebagai syarat dirinya (Harianto-red) diterima kembali ditengah – tengah masyarakat Dusun Selebung Desa Lajut.
Tiga tuntutan warga itu yakni Harianto bersedia meminta maaf, membaca dua kalimat sahadat dan dibaiad atau dibersihkan dari aliran atau ajaraGapatar oleh Pemuka Agama setempat.
Usai melaksanakan Ibadah Sholat Jum’at di Masjid Dusun Selebung Desa Lajut, Harianto, berjanji tidak akan lagi menyebut nama Gapatar, dan mengucapkan permintaan maafnya kepada seluruh Rakyat Indonesia, NTB, Loteng dan khususnya kepada Masyarakat Desa Lajut.
Permintaan Maaf, pembacaan dua kalimat sahadat dan pembersihan Harianto dari ajaran Gapatar itu disaksikan serta dihadiri oleh toga – toma setempat, diantaranya, Kades Lajut Fahrurozi, Penghulu KUA Praya Tengah Ustaz Zainuri, S.Ag, Tokoh Agama Desa Lajut Kiai H. Idham Halid, HL. Kenah, dan orang tua Harianto yakni Nuransi alias Amaq Man.
Dihadapan masyarakat, Harianto menceritakan latar belakang dirinya bergabung ke Gapatar.
Selesainya mengenyam pendidikan di salah satu SMK Pariwisata di Mataram, pada Tanggal 25 September 2012 lalu dirinya bergabung ke Gapatar. Namun karena waktu keberadaan Gapatar tidak diterima oleh masyarakat Kota Mataram NTB, dan pada Tahun 2014, dirinya keluar atau tidak lagi mengurus Organisasi Gapatar tersebut.” Tahun 2014 kami dikusir oleh masyarakat, karena masyarakat tidak menerima kehadiran Gapatar ini.
Dan pada Tahun 2015 Gapatar sudah tidak aktif lagi dan saya pulang ke Loteng. lalu saya meminta ijin orang tua untuk pergi ke Kalimantan bekerja di kebun. Setelah saya di Kalimanan baru ada kabar bahwa Gapar ini organisasi yang dilarang,” ceritanya.
Untuk itu dirinya meminta maaf yang sebesar – besarnya kepada seluruh lapisan masyarakat Loteng, dan dirinya menganggap Gapatar itu merupakan bagian dari masa lalunya yang kelam.” Masalah Gapatar adalah masa lalu saya. Untuk itu saya mintaa maaf yang sebesar – besar kepada Masyarakat, khususnya kepada orang tua saya, yang telah saya kecewakan dan belum bisa saya bahagiakan,” pinta Harianto.
Usai mengucapkan kata Maaf, membaca dua kalimat sahadat dan di bersihkan dari pengaruh ajaran Gapatar, selanjutnya harianto diberikan pemahaman tentang ajaran Agama Islam yang sebenarnya dan tengah hidup bermasayarakat, oleh Penghulu KUA Praya Tengah Ustaz Zainuri, S.Ag dan HL. Kenah. |rul.
Via
Berita NTB
Posting Komentar