Berita NTB
LOMBOK TENGAH, sasambonews.com. Keberadaan Kendaraan Penumpang di Bumi Tatas Trasna (Tastura) cukup mengkawatirkan.
Pasalnya, dari 150 kendaraan penumpang umum yang terdaftar di Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Lombok Tengah (Loteng), hannya 10 – 20 kendaraan penumpang umum saja yang beroperasi secara rutin setiap harinya.
Sedangkan sisanya, telah di modifikasi menjadi Mobil Angkutan Barang atau Mobil Pick Up.” Data dari Perizinan, jumlah Kendaraan penumpang tahun 2016 ini yang melakukan perpanjangan izin Trayek sebanyak 150 unit, tetapi yang beroperasi setiap hari hannya 10 - 20 unit saja. Dan banyak yang sudah di rubah menjadi Mobil Pick Up, ya akibatnya berpengaruh terhadap pemasukan Retribusi Terminal,” terang Kepala Unit Pelayanan Teknis (UPT) Terminal Renteng Praya Loteng Abdul Halik Kamis (07/04/2016).
Menurut Halik, merosonya jumlah kendaraan penumpang yang beroperasi di wilayah Kabupaten Loteng, dikarenakan menjamurnya Tukang Ojek, dan rata – rata saat ini masyarakat Loteng telah memiliki kendaraan Pribadi baik kendaraan roda dua, tiga maupun roda empat.”Sekarang bukan seperti dulu lagi. Dulu penumpang yang mencari kendaraan umum, tetapi sekarang Kendaraan umum yang mencari penumpang. Sekarang mereka (Sopir) sulit mendapatkan penumpang, karena kalah dengan Ojek. Dan kondisi sekarang penumpang lebih memilih Ojek, ketimbang Kendaraan Umum, karena langsung diantar sampai ke halaman rumahnya, dan kondisi sekarang juga rata – rata masyarakat sudah memiliki kendaraan pribadi,” ucapnya.
Karena sulitnya mendapatkan penumpang, sebagainn besar Kendaraan Penumpang yang telah mengantongi izin Trayek tidak melakukan perpanjangan izin, sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Akibatnya, pendapatan daerah dari perpanjangan Izin Trayek itu menjadi menurun.” Sebagaian besar mereka tidak memperpanjang dan membayar Izin Trayek, kalaupun ada yang membayar, bukan karena kesadaran sendiri melainkan hasil dari Operasi Gabungan,” kata Halik.
Halik menjelaskan, tidak adanya Kendaraan Penumpang yang masuk ke dalam terminal disebabkan sejumlah faktor, diantaranya, jarak antara pasar dengan terminal dan tidak adanya penumpang yang datang ke Terminal untuk meggunakan jasa Kendaraan Penumpang.” Kita mau bagaimana lagi, kalau mereka Mangkal di dalam terminal tidak bisa mendapatkan penumpang, karena kondisi saat ini penumpang tidak mau masuk Keterminal. Jadi mereka berusaha menncari penumpang dengan cara mereka sendiri dengan menunggu langsung penumpang di depan komplek Pasar Renteng.” Jelasnya.
Kalaupun ada kendaraan penumpang yang beroperasi lanjut Halik, penumpang yang dibawa itu merupakan penumpang langganan tetap yang diangkut secara rutin setiap harinya.”Yang masih beroperasi itu, membawa penumpang langganan, Misalnya, pagi di antar ke Pasar, siang atau sorenya dijemput ke Pasar,” ujarnya. |rul.
Angdes Minim, Terminal Renteng Sepi
![]() |
Abdul Khalik |
Pasalnya, dari 150 kendaraan penumpang umum yang terdaftar di Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Lombok Tengah (Loteng), hannya 10 – 20 kendaraan penumpang umum saja yang beroperasi secara rutin setiap harinya.
Sedangkan sisanya, telah di modifikasi menjadi Mobil Angkutan Barang atau Mobil Pick Up.” Data dari Perizinan, jumlah Kendaraan penumpang tahun 2016 ini yang melakukan perpanjangan izin Trayek sebanyak 150 unit, tetapi yang beroperasi setiap hari hannya 10 - 20 unit saja. Dan banyak yang sudah di rubah menjadi Mobil Pick Up, ya akibatnya berpengaruh terhadap pemasukan Retribusi Terminal,” terang Kepala Unit Pelayanan Teknis (UPT) Terminal Renteng Praya Loteng Abdul Halik Kamis (07/04/2016).
Menurut Halik, merosonya jumlah kendaraan penumpang yang beroperasi di wilayah Kabupaten Loteng, dikarenakan menjamurnya Tukang Ojek, dan rata – rata saat ini masyarakat Loteng telah memiliki kendaraan Pribadi baik kendaraan roda dua, tiga maupun roda empat.”Sekarang bukan seperti dulu lagi. Dulu penumpang yang mencari kendaraan umum, tetapi sekarang Kendaraan umum yang mencari penumpang. Sekarang mereka (Sopir) sulit mendapatkan penumpang, karena kalah dengan Ojek. Dan kondisi sekarang penumpang lebih memilih Ojek, ketimbang Kendaraan Umum, karena langsung diantar sampai ke halaman rumahnya, dan kondisi sekarang juga rata – rata masyarakat sudah memiliki kendaraan pribadi,” ucapnya.
Karena sulitnya mendapatkan penumpang, sebagainn besar Kendaraan Penumpang yang telah mengantongi izin Trayek tidak melakukan perpanjangan izin, sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Akibatnya, pendapatan daerah dari perpanjangan Izin Trayek itu menjadi menurun.” Sebagaian besar mereka tidak memperpanjang dan membayar Izin Trayek, kalaupun ada yang membayar, bukan karena kesadaran sendiri melainkan hasil dari Operasi Gabungan,” kata Halik.
Halik menjelaskan, tidak adanya Kendaraan Penumpang yang masuk ke dalam terminal disebabkan sejumlah faktor, diantaranya, jarak antara pasar dengan terminal dan tidak adanya penumpang yang datang ke Terminal untuk meggunakan jasa Kendaraan Penumpang.” Kita mau bagaimana lagi, kalau mereka Mangkal di dalam terminal tidak bisa mendapatkan penumpang, karena kondisi saat ini penumpang tidak mau masuk Keterminal. Jadi mereka berusaha menncari penumpang dengan cara mereka sendiri dengan menunggu langsung penumpang di depan komplek Pasar Renteng.” Jelasnya.
Kalaupun ada kendaraan penumpang yang beroperasi lanjut Halik, penumpang yang dibawa itu merupakan penumpang langganan tetap yang diangkut secara rutin setiap harinya.”Yang masih beroperasi itu, membawa penumpang langganan, Misalnya, pagi di antar ke Pasar, siang atau sorenya dijemput ke Pasar,” ujarnya. |rul.
Via
Berita NTB
pada naik motor pribadi pak boos............
BalasHapustutup aja pak................bayari wong nganggur .....
BalasHapus