Berita NTB
LOMBOK TENGAH, sasambonews.com,- Dari 32 Kasusu Demam Berdarah Dengue (DBD) yang ditemukan Dinas Kesehatan Lombok Tengah (Loteng), delapan kasus diantaranya ditemukan di wilayah Obyek Pariwisata Pantai Kuta Desa Kuta Kecamatan Pujut Loteng.
Demikian dikatakan Kepala Dinas Kesehatan Loteng Dr. Nurandini Eka Dew, kemarin.
Dr. Eka mengungkapkan, ada hal baru yang terjadi di tahun 2016 di wilayah Desa Kuta kecamatan Pujut Loteng dan sekitarnya terkait dengan kasus DBD.
Menurut Dr. Eka Desa Kuta dulunya tempatnya di Tahun 2015 lalu adalah gudang penyakit Malaria. Dan di Tahun 2016 ini muncul Kasus DBD diwilayah Desa Kuta dan sekitarnya.” Ada hal yang baru di tahun 2016 ini, Desa Kuta dulunya adalah Gudang Malaria, dan ditahun 2015 lalu kita mendapatkan penghargaan Eliminasi Malaria, kita sangat tenang dan bangga, tetapi kita lupa banyak masyarakat luar yang datang ke Desa Kuta, dan di tahun 2016 ini muncul 8 kasus DBD di Desa Kuta,” terang Dr. Eka.
Dari hasil kunjungan dilapangan, kata Dokter spesialis anak itu, faktor penyebab timbulnya kasus DBD di wilayah Desa Kuta dan Sekitarnya bukan dikarenakan faktor masyarakat setempat. Melainkan karena tinggkat mobilitas masyarakat Desa Kuta yang cukup tinggi dan banyaknya warga dari luar wilayah Desa Kuta bahkan dari luar wilayah Loteng yang datang kewilayah Desa Kuta.”Jadi bukan karena Faktor masyarakat setempat. Tetapi banyak orang dari luar wilayah desa kuta bahkan dari seluruh Indonesia datang ke Desa Kuta, karena daerah Desa Kuta itu sangat terbuka. Selain itu tingkat mobilitas masyarakat desa kuta juga sangat tinggi, seperti berprofesi sebagai sopir Travel dan Guid, dan mereka bersentuhan dengan orang – orang dari luar Desa Kuta. Inilah yang jadi PR kita, Malaria bisa kita Eliminasi tetapi muncul lagi kasus DBD di Desa Kuta, yang tahun – tahun sebelumnya tidak pernah terjadi,” ungkap Dr. Eka.
Diakui Dr. Eka, pihaknya kesulitan untuk mengeliminasi penyebaran penyakit DBD, khususnya yang ada diwilayah Desa Kuta dan Loteng pada umumnya. Pasalanya, kasus DBD itu jauh berbeda dengan kasus Malaria yang pernah terjadi di wilayah Desa Kuta dan sekitarnya.” Tidak gampang mau mengeliminasi DBD, untuk mengeliminasi Malaria di Desa Kuta itu saja kita membutuhkan waktu 10 tahun lebih,”ucapnya.
Untuk itu Dr. Eka kepada seluruh lapisan Masyarakat Lombok Tengah, dan khussnya kepada masyarakat Desa Kuta dan sekitarnya untuk menggalakkan gerakan Proggram 30 menit dalam seminggu, yakni menutup bak penampungan air, menguras atau membersihkan bak penampungan air dan mengubur barang bekas yang dapat menampung air.” Gerakan 30 menit dalam seminggu untuk diri kita sendiri, seperti menutup bak penampungan air, menguras atau membersihkan bak penampungan air dan mengubur barang bekas yang dapat menampung air,” himbaunya. | rul
Awas,!!! Teror DBD Di Obyek Wisata
![]() |
Eka |
LOMBOK TENGAH, sasambonews.com,- Dari 32 Kasusu Demam Berdarah Dengue (DBD) yang ditemukan Dinas Kesehatan Lombok Tengah (Loteng), delapan kasus diantaranya ditemukan di wilayah Obyek Pariwisata Pantai Kuta Desa Kuta Kecamatan Pujut Loteng.
Demikian dikatakan Kepala Dinas Kesehatan Loteng Dr. Nurandini Eka Dew, kemarin.
Dr. Eka mengungkapkan, ada hal baru yang terjadi di tahun 2016 di wilayah Desa Kuta kecamatan Pujut Loteng dan sekitarnya terkait dengan kasus DBD.
Menurut Dr. Eka Desa Kuta dulunya tempatnya di Tahun 2015 lalu adalah gudang penyakit Malaria. Dan di Tahun 2016 ini muncul Kasus DBD diwilayah Desa Kuta dan sekitarnya.” Ada hal yang baru di tahun 2016 ini, Desa Kuta dulunya adalah Gudang Malaria, dan ditahun 2015 lalu kita mendapatkan penghargaan Eliminasi Malaria, kita sangat tenang dan bangga, tetapi kita lupa banyak masyarakat luar yang datang ke Desa Kuta, dan di tahun 2016 ini muncul 8 kasus DBD di Desa Kuta,” terang Dr. Eka.
Dari hasil kunjungan dilapangan, kata Dokter spesialis anak itu, faktor penyebab timbulnya kasus DBD di wilayah Desa Kuta dan Sekitarnya bukan dikarenakan faktor masyarakat setempat. Melainkan karena tinggkat mobilitas masyarakat Desa Kuta yang cukup tinggi dan banyaknya warga dari luar wilayah Desa Kuta bahkan dari luar wilayah Loteng yang datang kewilayah Desa Kuta.”Jadi bukan karena Faktor masyarakat setempat. Tetapi banyak orang dari luar wilayah desa kuta bahkan dari seluruh Indonesia datang ke Desa Kuta, karena daerah Desa Kuta itu sangat terbuka. Selain itu tingkat mobilitas masyarakat desa kuta juga sangat tinggi, seperti berprofesi sebagai sopir Travel dan Guid, dan mereka bersentuhan dengan orang – orang dari luar Desa Kuta. Inilah yang jadi PR kita, Malaria bisa kita Eliminasi tetapi muncul lagi kasus DBD di Desa Kuta, yang tahun – tahun sebelumnya tidak pernah terjadi,” ungkap Dr. Eka.
Diakui Dr. Eka, pihaknya kesulitan untuk mengeliminasi penyebaran penyakit DBD, khususnya yang ada diwilayah Desa Kuta dan Loteng pada umumnya. Pasalanya, kasus DBD itu jauh berbeda dengan kasus Malaria yang pernah terjadi di wilayah Desa Kuta dan sekitarnya.” Tidak gampang mau mengeliminasi DBD, untuk mengeliminasi Malaria di Desa Kuta itu saja kita membutuhkan waktu 10 tahun lebih,”ucapnya.
Untuk itu Dr. Eka kepada seluruh lapisan Masyarakat Lombok Tengah, dan khussnya kepada masyarakat Desa Kuta dan sekitarnya untuk menggalakkan gerakan Proggram 30 menit dalam seminggu, yakni menutup bak penampungan air, menguras atau membersihkan bak penampungan air dan mengubur barang bekas yang dapat menampung air.” Gerakan 30 menit dalam seminggu untuk diri kita sendiri, seperti menutup bak penampungan air, menguras atau membersihkan bak penampungan air dan mengubur barang bekas yang dapat menampung air,” himbaunya. | rul
Via
Berita NTB
Posting Komentar