Berita NTB
MATARAM,Sasambonews.com.-Kepala Dinas Kesehatan (Dikes) Provinsi NTB, drg Eka Junaedi menyampaikan bahwa Provinsi NTB saat ini sudah bisa dikatakan darurat Demam Berdarah Dengue (DBD). Ini atas dasar bahwa ribuan masyarakat di sepuluh Kabupaten/Kota telah terkena DBD dan 11 nyawa melayang.
Kondisi saat ini Provinsi NTB sudah bisa disebut berstatus Kejadian Luar Biasa (KLB). Pasalnya, jumlah kasus DBD yang ditemukan sampai dengan minggu kesepuluh tahun 2016 sebanyak 1021 kasus. Parahnya lagi, per tanggal 11 Maret kemarin 11 orang telah meninggal dunia. "Kalau mau dibilang KLB ya bisa saja, tapi Provinsi itu tidak substansial masuk KLB atau tidak. Ini Kabupaten/Kota yang harus menyadari KLB," ungkapnya.
Disampaikan Eka, saat ini di Kota Mataram terdapat 242 kasus DBD dan 2 orang telah meninggal dunia. Kemudian Kabupaten Lombok Barat terdapat 82 kasus dan meninggal 2 orang, Lombok Timur ditemukan 291 kasus dan 6 orang telah meninggal dunia.
Selanjutnya di Lombok Tengah terdapat 35 kasus dan Lombok Utara ada 33 kasus. Kemudian di Kabupaten Sumbawa terdapat 157 kasus, Sumbawa Barat 30 kasus, Dompu 50 kasus, Bima 83 kasus, Kota Bima 18 kasus dan 1 orang meninggal dunia. "Jadi total DBD saat ini ada 1.020 kasus dan telah meninggal 12 orang," terangnya.
Ia menerangkan sepanjang tahun 2015 kasus DBD hanya ada 1.273 kasus. Jumlah orang yang meninggal sampai akhir tahun 2015 juga hanya 3 orang saja. Namun pada tahun 2016 ini, bulan Maret saja sudah ribuan orang terkena DBD dan telah meninggal dunia belasan orang.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) 1501 Tahun 2011 menyebutkan, beberapa kriteria KLB diantaranya jumlah penderita baru dalam periode waktu satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Selain itu, KLB juga ditandai dengan angka kematian kasus suatu penyakit dalam satu kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50 persen atau lebih dibandingkan dengan angka kematian periode sebelumnya.
Diungkapkan Eka, sebenarnya pada minggu kelima, keenam dan ketujuh Kota Mataram telah berstatus KLB. Begitu juga dengan Kabupaten Lombok Timur dan Dompu telah berstatus KLB. "Tapi kan yang tentukan KLB itu Kepala Daerah melalui Dikes, dan di NTB tidak ada Kepala Daerah yang pernah mengumumkan itu. Kalau sekarang sih sudah menurun dan tidak cocok lagi disebut KLB," beber Eka.
Menyikapi hal itu, Dikes NTB meminta kepada seluruh Dikes Kabupaten/Kota untuk menangani DBD seperti penanganan KLB. Caranya dengan melakukan fogging, Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan petugas keliling ke rumah-rumah memberantas jentik nyamuk.
Disadarinya, kasus DBD tahun ini sangat luar biasa. Setiap hari terus bertambah, belum lagi nanti DBD akan datang kembali pada akhir tahun. "Kita sudah tidak bisa lagi hanya memberikan himbauan, semua petugas kita minta untuk menangani DBD dengan cara seperti penanganan KLB meski tidak ada Kepala Daerah yang mengumumkannya. Petugas Puskesmas harus turun ke semua rumah, ini sudah sangat merisaukan," terangnya.
Eka meminta kepada Kades/Lurah, Camat dan Bupati untuk bersama-sama melawan ganasnya DBD tahun ini. Meskipun terlambat, tetapi itu lebih baik daripada tidak dilakukan sama sekali. "Ayo kita semua harus bersatu, saya akui semua Kepala Dikes se-NTB pusing. Mari jangan saling menyalahkan, kita harus kompak saat ini," harapnya..Ipr
NTB Darurat DBD, 11 Orang Meninggal Dunia.
MATARAM,Sasambonews.com.-Kepala Dinas Kesehatan (Dikes) Provinsi NTB, drg Eka Junaedi menyampaikan bahwa Provinsi NTB saat ini sudah bisa dikatakan darurat Demam Berdarah Dengue (DBD). Ini atas dasar bahwa ribuan masyarakat di sepuluh Kabupaten/Kota telah terkena DBD dan 11 nyawa melayang.
Kondisi saat ini Provinsi NTB sudah bisa disebut berstatus Kejadian Luar Biasa (KLB). Pasalnya, jumlah kasus DBD yang ditemukan sampai dengan minggu kesepuluh tahun 2016 sebanyak 1021 kasus. Parahnya lagi, per tanggal 11 Maret kemarin 11 orang telah meninggal dunia. "Kalau mau dibilang KLB ya bisa saja, tapi Provinsi itu tidak substansial masuk KLB atau tidak. Ini Kabupaten/Kota yang harus menyadari KLB," ungkapnya.
Disampaikan Eka, saat ini di Kota Mataram terdapat 242 kasus DBD dan 2 orang telah meninggal dunia. Kemudian Kabupaten Lombok Barat terdapat 82 kasus dan meninggal 2 orang, Lombok Timur ditemukan 291 kasus dan 6 orang telah meninggal dunia.
Selanjutnya di Lombok Tengah terdapat 35 kasus dan Lombok Utara ada 33 kasus. Kemudian di Kabupaten Sumbawa terdapat 157 kasus, Sumbawa Barat 30 kasus, Dompu 50 kasus, Bima 83 kasus, Kota Bima 18 kasus dan 1 orang meninggal dunia. "Jadi total DBD saat ini ada 1.020 kasus dan telah meninggal 12 orang," terangnya.
Ia menerangkan sepanjang tahun 2015 kasus DBD hanya ada 1.273 kasus. Jumlah orang yang meninggal sampai akhir tahun 2015 juga hanya 3 orang saja. Namun pada tahun 2016 ini, bulan Maret saja sudah ribuan orang terkena DBD dan telah meninggal dunia belasan orang.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) 1501 Tahun 2011 menyebutkan, beberapa kriteria KLB diantaranya jumlah penderita baru dalam periode waktu satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Selain itu, KLB juga ditandai dengan angka kematian kasus suatu penyakit dalam satu kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50 persen atau lebih dibandingkan dengan angka kematian periode sebelumnya.
Diungkapkan Eka, sebenarnya pada minggu kelima, keenam dan ketujuh Kota Mataram telah berstatus KLB. Begitu juga dengan Kabupaten Lombok Timur dan Dompu telah berstatus KLB. "Tapi kan yang tentukan KLB itu Kepala Daerah melalui Dikes, dan di NTB tidak ada Kepala Daerah yang pernah mengumumkan itu. Kalau sekarang sih sudah menurun dan tidak cocok lagi disebut KLB," beber Eka.
Menyikapi hal itu, Dikes NTB meminta kepada seluruh Dikes Kabupaten/Kota untuk menangani DBD seperti penanganan KLB. Caranya dengan melakukan fogging, Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan petugas keliling ke rumah-rumah memberantas jentik nyamuk.
Disadarinya, kasus DBD tahun ini sangat luar biasa. Setiap hari terus bertambah, belum lagi nanti DBD akan datang kembali pada akhir tahun. "Kita sudah tidak bisa lagi hanya memberikan himbauan, semua petugas kita minta untuk menangani DBD dengan cara seperti penanganan KLB meski tidak ada Kepala Daerah yang mengumumkannya. Petugas Puskesmas harus turun ke semua rumah, ini sudah sangat merisaukan," terangnya.
Eka meminta kepada Kades/Lurah, Camat dan Bupati untuk bersama-sama melawan ganasnya DBD tahun ini. Meskipun terlambat, tetapi itu lebih baik daripada tidak dilakukan sama sekali. "Ayo kita semua harus bersatu, saya akui semua Kepala Dikes se-NTB pusing. Mari jangan saling menyalahkan, kita harus kompak saat ini," harapnya..Ipr
Via
Berita NTB
Posting Komentar